Cerita Rakyat MAHKOTA PAGERAN TRESNA
Ilustrasi Gambar
Di sebuah
desa, hiduplah seorang gadis miskin bernama Jelita. Sejak kecil ia diasuh
kakeknya yang buta. Kedua orang tuanya sudah lama meninggal. Setiap hari Jelita
merawat kebun sayurnya yang terletak di tepi sungai jernih.
Suatu hari,
selesai bekerja di kebun, Jelita pergi ke sungai mencuci pakaian. Tiba-tiba ia
melihat sebuah kotak terbuat dari emas. Kotak itu tersangkut di antara ranting
pohon yang tumbuh di tepi sungai.
“Wah, betapa
beruntungnya aku!” seru Jelita riang. Ia bermaksud menjual kotak emas itu.
Uangnya ingin ia pergunakannya untuk menyembuhkan mata kakeknya yang buta.
Jelita bergegas pulang. Ia hendak memberitahu kabar gembira itu kepada
kakeknya. Namun, tiba-tiba saja pikirannya berubah.
“Astaga! Aku tidak boleh seenaknya menjual kotak emas ini. Aku harus mengembalikannya kepada si pemiliknya. Mungkin benda di dalam kotak ini sangat berarti bagi pemiliknya. Tetapi siapa, ya pemiliknya?” gumamnya.
“Astaga! Aku tidak boleh seenaknya menjual kotak emas ini. Aku harus mengembalikannya kepada si pemiliknya. Mungkin benda di dalam kotak ini sangat berarti bagi pemiliknya. Tetapi siapa, ya pemiliknya?” gumamnya.
Jelita
memandangi kotak emas yang terkunci rapat itu. Ia lalu memutuskan untuk meminta
bantuan Ki Barep. Ki Barep adalah Kepala Dusun yang terkenal cerdik. Jelita
kemudian bergegas menuju rumah Ki Barep di alun-alun desa.
Hari sudah
siang. Alun-alun sangat ramai. Di sana baru saja diadakan pesta menyambut
kedatangan Pangeran Tresna. Pangeran datang ke desa itu untuk berburu rusa di
hutan. Pangeran Tresna sangat gagah dan tampan. Tak heran jika banyak gadis
bangsawan kaya yang datang ke alun-alun. Mereka ingin berkenalan dengan
Pangeran Tresna.
Ketika baru
saja tiba di depan pintu alun-alun desa, Jelita berpapasan dengan Raden Ayu
Mangir. Ia putri bangsawan yang terkaya di kabupaten itu. Dahulu, almarhum ayah
Jelita pernah bekerja pada keluarga kaya itu sebagai kusir kereta kuda.
“Heh! Mau apa kau kesini?” hadang Mangir kasar.
“Oh, selamat siang, Den Ayu Mangir,” sapa Jelita hormat.
“Heh! Mau apa kau kesini?” hadang Mangir kasar.
“Oh, selamat siang, Den Ayu Mangir,” sapa Jelita hormat.
Mangir
membalasnya dengan sinis, “Heh! Tak tahu malu! Kau datang ke pesta ini untuk
berkenalan dengan Pangeran Tresna, ya? Huh, mana mau ia berkenalan denganmu!
Urusi saja kebun sayurmu!”
Sesaat
kemudian Mangir melihat kotak emas yang dibawa Jelita. Tiba-tiba timbullah niat
jahat di hatinya. Ia ingin memiliki benda itu.
“Aaah, dasar kau pencuri!” teriak Mangir sambil menuding Jelita. Pikir Mangir, semua orang pasti percaya jika ia mengakui kotak emas itu miliknya. Tak akan ada yang percaya pada Jelita yang miskin. “Sudah lama kotak itu hilang. Ternyata kau yang mengambilnya. Ayo cepat kembalikan padaku!” seru Mangir sangat keras, lalu merebut kotak itu dengan kasar.
“Oh, maaf Den Ayu Mangir. Saya tidak mencuri kotak emas itu. Kalau memang benda itu kepunyaan Den Ayu, ambil saja,” kata Jelita polos dan lugu.
Namun, Mangir malah berteriak, “Pencuriii! Tolooong ada pencuri!”
“Aaah, dasar kau pencuri!” teriak Mangir sambil menuding Jelita. Pikir Mangir, semua orang pasti percaya jika ia mengakui kotak emas itu miliknya. Tak akan ada yang percaya pada Jelita yang miskin. “Sudah lama kotak itu hilang. Ternyata kau yang mengambilnya. Ayo cepat kembalikan padaku!” seru Mangir sangat keras, lalu merebut kotak itu dengan kasar.
“Oh, maaf Den Ayu Mangir. Saya tidak mencuri kotak emas itu. Kalau memang benda itu kepunyaan Den Ayu, ambil saja,” kata Jelita polos dan lugu.
Namun, Mangir malah berteriak, “Pencuriii! Tolooong ada pencuri!”
Orang-orang
percaya begitu saja pada bualan Mangir. Jelita diseret bagaikan penjahat ke
hadapan kepala dusun.
“Sabar, kita tak boleh sembarangan menuduh orang. Nak, ceritakanlah! Darimana kau dapat kotak emas itu?” kata Ki Barep yang duduk di sebelah Pangeran Tresna.
“Sabar, kita tak boleh sembarangan menuduh orang. Nak, ceritakanlah! Darimana kau dapat kotak emas itu?” kata Ki Barep yang duduk di sebelah Pangeran Tresna.
Jelita
menjelaskan hal yang sesungguhnya serta maksud kedatangannya ke alun-alun desa
itu.
“Mangir, sekarang giliranmu menjawab pertanyaanku,” kata Ki Barep yang cerdik. “Jika benar kotak itu kepunyaanmu, coba perlihatkan kunci kotak itu! Dan sebutkan apa isi kotak itu!”
“Mangir, sekarang giliranmu menjawab pertanyaanku,” kata Ki Barep yang cerdik. “Jika benar kotak itu kepunyaanmu, coba perlihatkan kunci kotak itu! Dan sebutkan apa isi kotak itu!”
Mendengar
pertanyaan itu, wajah Mangir mendadak pucat. Namun, ia kembali berbohong untuk
meyakinkan Pangeran Tresna, Ki Barep, dan semua yang hadir di sekitar alun-alun
itu. “Saat ini saya tidak memiliki kunci kotak itu. Sebab perempuan miskin ini
telah mencuri kuncinya. Dan mengenai isinya… ah, saya sudah agak lupa.
Lagipula, pasti telah berkurang karena dijual Jelita. Ngg… ada selusin cincin
emas, gelang-gelang emas… ”
“Cukup!
Cukup! Kau berbohong Mangir!” potong Pangeran Tresna. “Sebetulnya kotak emas
itu milikku,” ungkap Pangeran, lalu mengambil dari sakunya sebuah anak kunci
yang juga terbuat dari emas.
Semua yang
hadir terperangah melihatnya.
“Sebelum kotak emas itu dibuka, aku akan menjawab pertanyaan Ki Barep yang kedua. Isinya adalah sebuah mahkota emas bertakhta permata hijau.”
“Sebelum kotak emas itu dibuka, aku akan menjawab pertanyaan Ki Barep yang kedua. Isinya adalah sebuah mahkota emas bertakhta permata hijau.”
Pangeran
kemudian memberikan kunci tersebut kepada Ki Barep. Dan dengan mudah Ki Barep
berhasil membukanya.
“Pangeran benar! Isinya memang mahkota kerajaan yang terbuat dari emas bertakhta permata hijau,” kata Ki Barep.
“Bagaimana ini bisa terjadi, Pangeran?” tanya Jelita tidak percaya. Dalam hati Jelita kasihan kepada Mangir. Ia tentu akan dihukum berat karena telah berbohong pada Pangeran.
“Jelita, aku kagum pada kejujuranmu. Baiklah, begini ceritanya,” kata Pangeran sambil terus menatap wajah Jelita. Rupanya Pangeran Tresna telah jatuh cinta pada gadis miskin itu.
“Pangeran benar! Isinya memang mahkota kerajaan yang terbuat dari emas bertakhta permata hijau,” kata Ki Barep.
“Bagaimana ini bisa terjadi, Pangeran?” tanya Jelita tidak percaya. Dalam hati Jelita kasihan kepada Mangir. Ia tentu akan dihukum berat karena telah berbohong pada Pangeran.
“Jelita, aku kagum pada kejujuranmu. Baiklah, begini ceritanya,” kata Pangeran sambil terus menatap wajah Jelita. Rupanya Pangeran Tresna telah jatuh cinta pada gadis miskin itu.
Permata di
mahkota itu agak longgar. Pangeran ingin membawa mahkota itu ke ahli emas di
desa itu. Ia membawanya sendiri karena sekalian akan berburu di hutan. Saat
melewati tepi sungai yang jernih, Pangeran ingin membasuh mukanya. Ketika akan
turun dari kuda yang ditungganginya, tiba-tiba seekor ular kobra besar melintas
di dekat kaki kuda. Kuda itu ketakutan dan berlari ke sungai. Akibatnya, semua
bekal makanan dan kotak emas yang ada di punggung kuda berjatuhan ke dalam
sungai. Hanyut terbawa arus yang deras. Lalu, Jelita-lah yang menemukannya.
Pangeran
lalu menyuruh pengawalnya menangkap Mangir. Ia harus dihukum penjara sebab
telah memfinah orang.
Jelita yang baik hati lalu dipersunting Pangeran Tresna menjadi permaisurinya. Jelita tak lupa meminta Pangeran agar mengobati mata kakeknya yang buta. Mereka pun hidup bahagia sampai di akhir hayat.
Jelita yang baik hati lalu dipersunting Pangeran Tresna menjadi permaisurinya. Jelita tak lupa meminta Pangeran agar mengobati mata kakeknya yang buta. Mereka pun hidup bahagia sampai di akhir hayat.
Post a Comment for "Cerita Rakyat MAHKOTA PAGERAN TRESNA"