ROBOT SIGALE-GALE DARI TANAH BATAK
ROBOT SIGALE-GALE DARI TANAH BATAK

Sigale-gale tentu tidak asing lagi bagi sebagian besar
masyarakat Batak. Boneka kayu yang dapat menari ini memang memiliki beberapa
versi legenda. Cerita yang paling sering didengar mengisahkan tentang seorang
raja yang ditinggal mati anaknya yang bernama Simanggale di medan perang.
Keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan sang raja yang larut dalam kesedihan.
Mereka lalu berinisiatif mengadakan sayembara. Barang siapa yang bisa membuat
sang raja bahagia dan melupakan kesedihannya akan diberikan hadiah. Ternyata
yang mampu menghibur sang raja adalah sebuah boneka kayu menyerupai wajah dan
tubuh Simanggale yang dapat bergerak dan menari mengikuti irama musik. Boneka
kayu itu dapat bergerak dengan bantuan ilmu supranatural oleh dukun sakti.
Boneka kayu ini kemudian dinamakan Sigale-gale. Seiring dengan berjalannya
waktu, Sigale-gale ini tidak dapat lagi bergerak sendiri karena tidak ada lagi
yang memiliki kemampuan supranatural semacam itu. Sigale-gale kemudian
digerakkan oleh seorang dalang yang menarik tali-tali yang dipasang pada
Sigale-gale.
Legenda Sigale-gale ini nyatanya menjadi inspirasi
bagi dua anak muda Batak untuk membuat Sigale-gale kembali bergerak sendiri
tanpa bantuan tali-tali yang ditarik manual oleh dalang. Adalah Crisman Wise
Patuan Silaban dan Deny K. Sihombing, alumni SMA Negeri 2 Yayasan Soposurung
Balige lulusan tahun 2010. Keduanya menamatkan studi dari Faklutas Teknik,
Universitas Indonesia pada tahun 2014. Crisman Silaban mengambil jurusan Teknik
Elektro dan selama kuliah bergabung dengan Tim Robotika Universitas Indonesia
(TRUI) di divisi Robo Soccer Humanoid League atau robot pemain bola. Pada tahun
kedua bergabung di TRUI, Crisman Silaban menjadi tim inti sekaligus penanggung
jawab divisi elektrik. Tidak jauh berbeda, Denny Sihombing mengambil jurusan
Metalurgi dan selama kuliah juga bergabung dengan TRUI dan menjadi Ketua Tim
Robot Seni (robot penari). Masing-masing mereka telah membawa tim untuk
memenangkan berbagai kontes robot dan menerima penghargaan baik nasional maupun
internasional seperti Indonesia ICT Award (INAICTA), International Robot
Olympiad (IRO), Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), International Maze Robot
Competition, dan Program Kreatifitas Mahasiswa-DIKTI.
Kedua pemuda Batak ini memiliki ide untuk
mengolaborasikan budaya dan teknologi. Mereka ingin menepis anggapan bahwa hal
yang berhubungan dengan budaya itu kuno dan membosankan. Keduanya sepakat bahwa
teknologi dan budaya dapat diintegrasikan. Ide tersebut kemudian direalisasikan
dengan menciptakan sebuah robot cerdas yang dinamakan Robot Sigale-gale. Robot
Sigale-gale ini dapat menari dan gerakannya mengikuti tempo musik yang
dimainkan. Dari segi elektrik robot ini menggunakan mikrocontroller AT Mega
256, Akuator: 18 digital servo AX-12, dan untuk sensor menggunakan satu unit
sensor suara dan satu unit gyroscope. Dari segi mekanik, robot ini menggunakan
80% acrylic dan 20% resin, namun beberapa bagian juga menggunakan gips. Robot
yang berbobot 2050-gram dan tinggi 40-centimeter ini telah dipertunjukkan dalam
beberapa kontes dan mendapat berbagai penghargaan antara lain memenangkan
International Robot Olympiad 13th pada tahun 2011 dengan menyabet
Technical Award.
Rabu, 2 September 2014, keduanya, yang diwakili oleh
Chrisman Silaban, menghibahkan Robot Sigale-gale ini kepada TB Silalahi Center
untuk menjadi koleksi Museum. Hal ini dilatarbelakangi keinginan keduanya untuk
menginspirasi banyak orang melalui hasil karya mereka. Di samping itu,
kesibukan keduanya juga membuat waktu luang yang sangat minim untuk memelihara
robot ini. Denny Sihombing telah menjadi tenaga profesional di salah satu
perusahan tambang di Sulawesi, sedangkan Krisman telah berkesempatan
mendapatkan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2 di University of Birmingham, Inggris (2015-2016) dalam
program studi M.Sc in Embedded System.
“Kalau disimpan di laboratorium komputer UI, yang
melihat hanya anak-anak TRUI. Sedangkan kalau bisa dipamerkan di museum kan
bisa dinikmati oleh banyak orang Batak khususnya generasi muda,” ujar Crisman.
Direktur Museum TB Silalahi Center, Duma Yanti
Silalahi, menyambut baik akan hal ini dan mengaku salut kepada keduanya yang
berkutat dengan dunia teknologi tetapi tidak meninggalkan budaya dan kearifan
lokal suku Batak. Beliau berpendapat bahwa pemikiran kedua pemuda ini sejalan
dengan tujuan pendirian Museum TB Silalahi Center (baik Museum Batak ataupun
Museum Jejak langkah dan Sejarah TB Silalahi) untuk menginspirasi dan
memotivasi generasi muda memperoleh hidup yang lebih baik dengan belajar dari
sejarah nenek moyang dan pengalaman para pendahulunya.
“Robot Sigale-gale ini nantinya akan dipamerkan di
Museum Jejak Langkah dan Sejarah TB Silalahi di bagian yang membahas tentang
Yayasan Soposurung. Mereka ini adalah alumni SMA Negeri 2 Yayasan Soposurung
dan segmentasi museum ini adalah generasi muda, khususnya pelajar, sehingga
sangat tepat dipamerkan di sana. Jadi setelah melihat robot ini, diharapkan
akan banyak generasi muda terinspirasi dan termotivasi untuk membuat karya
sendiri atau bahkan mengembangkan ide ini,” terangnya.
Baca Juga : Putri Runduk
Baca Juga : Putri Runduk
Post a Comment for "ROBOT SIGALE-GALE DARI TANAH BATAK"